Sinopsis Silence
Episode 19 (Final)
Di rumah, mata Shen Shen berkaca-kaca sambil memandang fotonya dengan Wei Yi. Ucapan Zhen Yang yang menyebut hanya gadis itu yang bisa menolong Zuo Jun terus terngiang-ngiang di telinganya. Begitu pemuda itu pulang, Shen Shen tidak bisa menahan perasaannya namun masih tetap berusaha menutupi.
Perasaan gadis bisu itu makin tidak keruan saat makan malam bersama sahabat-sahabatnya, dengan berat hati ia mengemasi barang-barang dan memutuskan untuk pergi. Keruan saja, Wei Yi yang melihat kebingungan setengah mati apalagi dengan bahasa isyarat Shen Shen mengatakan sudah tidak mencintai pemuda itu lagi.
Dengan berbohong, Shen Shen menyebut kalau semua yang dilakukannya untuk mendekati Wei Yi adalah demi balas dendam ayahnya. Sambil menahan rasa sakit, pemuda itu mengatakan hal-hal tersirat. Sayang, Shen Shen tidak menoleh kebelakang dan terus berjalan. Kalau tidak, ia bisa melihat seperti apa penderitaan Wei Yi.
Dengan caranya sendiri (meski sambil berlinang air mata), Wei Yi berusaha menerima nasib yang mempermainkan hidupnya dengan Shen Shen dan menganggap perpisahan itu memang tidak bisa dihindari meski keduanya sama-sama saling mencintai. Padahal, gadis itu mengorbankan semuanya demi keluarga Zuo.
Tersenyum penuh kemenangan melihat Shen Shen bakal menepati janjinya meninggalkan Wei Yi, Xu Li kaget setengah mati saat melihat foto ayah gadis itu yang ternyata adalah sahabat keluarganya. Gadis itu mulai sadar akan arti ucapan Zuo Jun sebelumnya, siapa sangka balas dendam ternyata begitu menyakitkan.
Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kediaman Wei Yi. Siapa sangka, disana pemuda itu mengatakan hal-hal yang membuatnya semakin sadar kalau apa yang dilakukannya selama ini salah. Apalagi, Wei Yi tidak sungkan-sungkan memanggil dan menganggapnya sebagai seorang kakak kandung.
Wei Yi sendiri akhirnya kembali ke rumah, dan sudah tentu kehadirannya disambut gembira oleh Zhen Yang yang ingin semua harta keluarga Qi dibaliknamakan dengan nama sang putra. Namun, ternyata yang diinginkan Wei Yi hanyalah satu : mereka sekeluarga bisa makan malam bersama dengan tenang. Meski canggung, acara tersebut berjalan dengan baik.
Strategi Zhen Yang ternyata malah jadi senjata makan tuan, sebab Wei Yi justru malah ikut mendukung mogok kerja yang dilakukan para karyawannya dan lewt siaran televisi menasehati pria itu. Pukulan berikutnya didapat dari Zuo Jun, yang memutuskan untuk membeberkan kondisi kesehatan Wei Yi yang terkena kanker.
Memutuskan untuk menyusul ke lokasi demo, Zhen Yang kalah cepat karena putranya ternyata telah pergi dengan tujuan ke Pulau Hijau untuk memenuhi janjinya menonton pertandingan renang A Han. Tidak lagi memikirkan harta kekayaan, ia mengajak Xiao Guang untuk mau menyusul kesana.
Dengan hati gundah, Zhen Yang mendatangi kediaman Shen Shen. Kali ini tidak ada lagi kesombongan dan kecongkakan, yang ada hanya penyesalan dan niat untuk menebus semua kesalahannya. Dengan muka pucat, ia meminta gadis itu untuk mau membujuk Wei Yi pulang sambil menyerahkan sebuah tiket ke Pulau Hijau.
***
Sambil bergumam dalam hati, Wei Yi berharap supaya Shen Shen tidak sedih setelah ia pergi karena menjelang akhir hayat, pemuda itu benar-benar merasakan kebahagiaan. Sendirian di tempat tinggalnya di sebuah pondok, penyakit Wei Yi semakin menjadi.
Sebelum memuntahkan darah dan ambruk, Wei Yi masih sempat berharap supaya nyawanya tidak diambil dulu karena masih ada hal yang harus dikerjakan. Ia ditemukan oleh A Han yang langsung memanggil dokter namun saat hendak menuturkan kondisi yang sebenarnya, Wei Yi dengan gerakan tangannya berhasil mencegah.
Di kediaman keluarga Qi, kaset-kaset rekaman Wei Yi yang diperuntukkan bagi sang ibu akhirnya ditemukan oleh Mei Ru. Sambil tersenyum sambil sesekali terharu, ia mendengarkan semua penuturan dan ucapan sang putra yang begitu dibanggakannya.
Di saat yang sama, Wei Yi sendiri sedang bersiap untuk menghadiri perlombaan renang A Han meski kondisi tubuhnya semakin melemah. Ketika itu, kebetulan Shen Shen juga baru mendarat di Pulau Hijau dan kaget saat tahu Xu Li telah menjemput diiringi senyuman tulus.
Meski wajahnya semakin pucat dan menahan sakit, Wei Yi menyaksikan perjuangan A Han hingga bocah cilik itu memenangkan lomba. Pemuda itu nyaris saja tidak mampu bertahan, namun ada satu hal yang terjadi dan mengubah semuanya. Untuk pertama kalinya, ia mendengar Shen Shen berteriak memanggil namanya.
Dengan tertatih-tatih, Wei Yi mendatangi gadis yang bisa kembali bersuara meski sesaat itu namun tenaganya terlalu lemah dan jatuh ke dalam kolam renang. Kondisi pemuda itu akhirnya diketahui Shen Shen lewat Han Xin yang muncul pada malam harinya, dan bisa ditebak, air mata tidak bisa berhenti mengucur dari mata gadis itu.
Sambil menggenggam tangan Wei Yi yang belum siuman, Shen Shen bertekad menyingkirkan semua rasa takutnya dan memanfaatkan setiap detik kebersamaan mereka untuk membahagiakan pemuda itu. Saat bangun, ia melihat Wei Yi yang telah berpakaian rapi mengajaknya ke sebuah tempat.
Menyandarkan kepalanya di bahu Shen Shen, Wei Yi kembali bercerita tentang bintang keberuntungan dan menyebut di kehidupan mendatang ia berjanji tidak akan meninggalkan gadis yang dicintainya tersebut secepat masa sekarang. Bersama-sama, keduanya membuat isyarat bintang keberuntungan.
Siapa sangka, hal itu ternyata merupakan tindakan Wei Yi yang terakhir sebelum dirinya pergi untuk selamanya. Sambil ikut merebahkan diri di samping jenazah pemuda itu, Shen Shen memasangkan lagu yang biasa didengarkan mereka bersama-sama dan menutup matanya.
Di kediaman keluarga Qi, Mei Ru terkejut mendengar rekaman terakhir yang dibuat Wei Yi mengenai penyakit yang dideritanya. Tak lama kemudian, terdengar dering telepon yang isi beritanya membuat dunia wanita itu seakan runtuh. Namun, ia teringat akan pesan terakhir sang putra yang memintanya untuk merawat A Han.
Tepat pada Natal 2006, Shen Shen memenuhi janjinya untuk kembali ke tempat rahasia dan membaca surat peninggalan Wei Yi. Ia tidak dapat menahan air matanya saat membaca pesan terakhir pemuda yang begitu dicintainya itu. Sebelum pergi meninggalkan semuanya, gadis itu sempat berpesan pada Zuo Jun untuk menepati janjinya : menjadi orang paling bahagia di dunia.
TAMAT
Perasaan gadis bisu itu makin tidak keruan saat makan malam bersama sahabat-sahabatnya, dengan berat hati ia mengemasi barang-barang dan memutuskan untuk pergi. Keruan saja, Wei Yi yang melihat kebingungan setengah mati apalagi dengan bahasa isyarat Shen Shen mengatakan sudah tidak mencintai pemuda itu lagi.
Dengan berbohong, Shen Shen menyebut kalau semua yang dilakukannya untuk mendekati Wei Yi adalah demi balas dendam ayahnya. Sambil menahan rasa sakit, pemuda itu mengatakan hal-hal tersirat. Sayang, Shen Shen tidak menoleh kebelakang dan terus berjalan. Kalau tidak, ia bisa melihat seperti apa penderitaan Wei Yi.
Dengan caranya sendiri (meski sambil berlinang air mata), Wei Yi berusaha menerima nasib yang mempermainkan hidupnya dengan Shen Shen dan menganggap perpisahan itu memang tidak bisa dihindari meski keduanya sama-sama saling mencintai. Padahal, gadis itu mengorbankan semuanya demi keluarga Zuo.
Tersenyum penuh kemenangan melihat Shen Shen bakal menepati janjinya meninggalkan Wei Yi, Xu Li kaget setengah mati saat melihat foto ayah gadis itu yang ternyata adalah sahabat keluarganya. Gadis itu mulai sadar akan arti ucapan Zuo Jun sebelumnya, siapa sangka balas dendam ternyata begitu menyakitkan.
Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kediaman Wei Yi. Siapa sangka, disana pemuda itu mengatakan hal-hal yang membuatnya semakin sadar kalau apa yang dilakukannya selama ini salah. Apalagi, Wei Yi tidak sungkan-sungkan memanggil dan menganggapnya sebagai seorang kakak kandung.
Wei Yi sendiri akhirnya kembali ke rumah, dan sudah tentu kehadirannya disambut gembira oleh Zhen Yang yang ingin semua harta keluarga Qi dibaliknamakan dengan nama sang putra. Namun, ternyata yang diinginkan Wei Yi hanyalah satu : mereka sekeluarga bisa makan malam bersama dengan tenang. Meski canggung, acara tersebut berjalan dengan baik.
Strategi Zhen Yang ternyata malah jadi senjata makan tuan, sebab Wei Yi justru malah ikut mendukung mogok kerja yang dilakukan para karyawannya dan lewt siaran televisi menasehati pria itu. Pukulan berikutnya didapat dari Zuo Jun, yang memutuskan untuk membeberkan kondisi kesehatan Wei Yi yang terkena kanker.
Memutuskan untuk menyusul ke lokasi demo, Zhen Yang kalah cepat karena putranya ternyata telah pergi dengan tujuan ke Pulau Hijau untuk memenuhi janjinya menonton pertandingan renang A Han. Tidak lagi memikirkan harta kekayaan, ia mengajak Xiao Guang untuk mau menyusul kesana.
Dengan hati gundah, Zhen Yang mendatangi kediaman Shen Shen. Kali ini tidak ada lagi kesombongan dan kecongkakan, yang ada hanya penyesalan dan niat untuk menebus semua kesalahannya. Dengan muka pucat, ia meminta gadis itu untuk mau membujuk Wei Yi pulang sambil menyerahkan sebuah tiket ke Pulau Hijau.
***
Sambil bergumam dalam hati, Wei Yi berharap supaya Shen Shen tidak sedih setelah ia pergi karena menjelang akhir hayat, pemuda itu benar-benar merasakan kebahagiaan. Sendirian di tempat tinggalnya di sebuah pondok, penyakit Wei Yi semakin menjadi.
Sebelum memuntahkan darah dan ambruk, Wei Yi masih sempat berharap supaya nyawanya tidak diambil dulu karena masih ada hal yang harus dikerjakan. Ia ditemukan oleh A Han yang langsung memanggil dokter namun saat hendak menuturkan kondisi yang sebenarnya, Wei Yi dengan gerakan tangannya berhasil mencegah.
Di kediaman keluarga Qi, kaset-kaset rekaman Wei Yi yang diperuntukkan bagi sang ibu akhirnya ditemukan oleh Mei Ru. Sambil tersenyum sambil sesekali terharu, ia mendengarkan semua penuturan dan ucapan sang putra yang begitu dibanggakannya.
Di saat yang sama, Wei Yi sendiri sedang bersiap untuk menghadiri perlombaan renang A Han meski kondisi tubuhnya semakin melemah. Ketika itu, kebetulan Shen Shen juga baru mendarat di Pulau Hijau dan kaget saat tahu Xu Li telah menjemput diiringi senyuman tulus.
Meski wajahnya semakin pucat dan menahan sakit, Wei Yi menyaksikan perjuangan A Han hingga bocah cilik itu memenangkan lomba. Pemuda itu nyaris saja tidak mampu bertahan, namun ada satu hal yang terjadi dan mengubah semuanya. Untuk pertama kalinya, ia mendengar Shen Shen berteriak memanggil namanya.
Dengan tertatih-tatih, Wei Yi mendatangi gadis yang bisa kembali bersuara meski sesaat itu namun tenaganya terlalu lemah dan jatuh ke dalam kolam renang. Kondisi pemuda itu akhirnya diketahui Shen Shen lewat Han Xin yang muncul pada malam harinya, dan bisa ditebak, air mata tidak bisa berhenti mengucur dari mata gadis itu.
Sambil menggenggam tangan Wei Yi yang belum siuman, Shen Shen bertekad menyingkirkan semua rasa takutnya dan memanfaatkan setiap detik kebersamaan mereka untuk membahagiakan pemuda itu. Saat bangun, ia melihat Wei Yi yang telah berpakaian rapi mengajaknya ke sebuah tempat.
Menyandarkan kepalanya di bahu Shen Shen, Wei Yi kembali bercerita tentang bintang keberuntungan dan menyebut di kehidupan mendatang ia berjanji tidak akan meninggalkan gadis yang dicintainya tersebut secepat masa sekarang. Bersama-sama, keduanya membuat isyarat bintang keberuntungan.
Siapa sangka, hal itu ternyata merupakan tindakan Wei Yi yang terakhir sebelum dirinya pergi untuk selamanya. Sambil ikut merebahkan diri di samping jenazah pemuda itu, Shen Shen memasangkan lagu yang biasa didengarkan mereka bersama-sama dan menutup matanya.
Di kediaman keluarga Qi, Mei Ru terkejut mendengar rekaman terakhir yang dibuat Wei Yi mengenai penyakit yang dideritanya. Tak lama kemudian, terdengar dering telepon yang isi beritanya membuat dunia wanita itu seakan runtuh. Namun, ia teringat akan pesan terakhir sang putra yang memintanya untuk merawat A Han.
Tepat pada Natal 2006, Shen Shen memenuhi janjinya untuk kembali ke tempat rahasia dan membaca surat peninggalan Wei Yi. Ia tidak dapat menahan air matanya saat membaca pesan terakhir pemuda yang begitu dicintainya itu. Sebelum pergi meninggalkan semuanya, gadis itu sempat berpesan pada Zuo Jun untuk menepati janjinya : menjadi orang paling bahagia di dunia.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar